Thursday, January 21, 2016

anco khas kampung arplos

ANCO DI SUNGAI PLOSOREJO.

Anco adalah jaring angkat yang bentuknya sederhana sekali. anco merupakan alat tangkap yang dapat diguakan di Sungai, laut, maupun teluk-teluk yang relatife dangkal.

juga sebut"cross nets" (cross-lift-nets) atau "kruis nets" (bahasa Belanda) karena dalam terbukanya jaring menggunakan dua buah belahan bambu yang kedua ujungnya dihaluskan (diruncingkan) kemudihan dipasang bersiilangan satu sama lain dengan sudut 90 derajat yang selanjutnya pada ujung-ujungnya diikatkan jaring tersebut. Jaring berbentuk bujur sangkar yang besar kecilnya tergantung dari kebutuhan.
Namun untuk anco umumnya berukuran 3x3 m dan 3x4 m. bahan jarring biasanya dibuat dengan benang katun, senar atau waring dengan besar mata kurang lebih 1 cm untuk bagian yang ditengah dan 1,5 cm.. Padake-empat sudutnya masing-masing dihubungkan dengan jerigi yang terbuat dari bambu. Ke-empat jerigi disatukan menggunakan paralon atau bambu yang berfungsi sebagai poros. Poros diikatkan dengan bambu dengan panjang 250 cm sebagai angkatan tangkul.

anco di sungai Plosorejo.

Alat tangkap yang biasa di gunakan adalah "anco". karena di sini hanya ada sungai kecil.
Hasil tangkapan dari alat tangkap ini tidak terlalu besar dan hanya untuk mencukupi kebutuhan lauk pauk mereka. Di sungai ini anco di buat menetap dan bersifat permanen. Kalau di hitung-hitung mungkin jumlah anco yang telah ada sampai sepuluhan.masyarakat di sini yang kebanyakan mata pencahariaannya sebagai petani, menangkap ikan di sungai merupakan sampingan dari kegiatan berladangnya. Lebih-lebih ketika musim penghujan tiba, dan setelah selesai tanam padi masyarakat tak agi bnyak kegiatan dan mereka memanfaatkan waktu luang mereka untuk menangkap ikan di sungai. Waktu yang biasa mereka gunakan untuk menangkap ikan adalah sore hari, namun tak jarang juga pagi hari ketika turun hujan atau air deras.
Anco mereka disain sedemikian rupa sehinggapada waktu hujan masyarakat dapat tetap menangkap ikan. anco di daerah kami ini adalah terdapat rumah-rumahan kecil, cukup untuk 4 orang dan juga dilengkapi peneduh untuk pelindung ketika hujan turun.

KONSTRUKSI ANCO

Anco merupakanalat yang banyak beroperasi di sungai. anco yang biasanya digunakan oleh masyarakat memiliki ukuran yang hampir sama dengan alat tangkap sejenisnya. Bentuknya juga sama dengan anco memiliki 4 buah lengan yang sama panjang. Ukuran jebak biasanya 2-3 meter. Setiap ujung lengan terdapat tali yang menghubungkan masing-masing lengan dan sebagai penghubung dengan jaring. Ukuran jaring yang diguakan bervariassi, dan bahkan ada yang menggunakan selambu yang memiliki lubang sangat kecil..Namun ada juga yang menggunakan jaring yang terbuat dari jala tebar, yang mana memiliki ukuran mata jaring agak besar. Menggunakan jaring yang terbuat dari selambu selain sangat menguntungkan karena banyak ikan yang dapat tertangkap, hal ini juga mengirit biaya. Tidak ada patokan pasti dalam menentukan ukuran mata jaring yang digunakan. Karena menangkap ikan bukan merupakan pekerjaan utama dan hanya pekerjaan sampingan maka masyarakat tidak begitu memperdulikan ukuran jaring atupun yang lainnya. Bagi mereka yang terpenting adalah anco mereka dapat digunakan untuk menangkap ikan Lengan yang digunakan terbuat dari bambu yang telah di belah. Selain bertujuan agar jika diangkat tidak terlalu berat, dengan menggunakan bambu biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan masyarakat banyak memiliki pohon bambu, sehingga tidak kesulitan untuk mendapatkannya dan mengirit biaya. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu"ori" yang biasa masyarakat sebut. Bambu ini memiliki ukuran yang besar dan tebal. Hal ini bertujuan jika nantinya digunakan utuk mengangkat jaring tidak patah. Sebenarnya bambu yang digunakan hanya dua, namun karena dibuat menyilang jadi terlihat 4 buah. Di persimpangan lengan bamboo terdapat 2 buah lubang yang berfungsi untuk tempat masuknya lengan tadi. Lengan-lengan bambu tadi diamsukkan kedalam lubung yang bertujuan untuk menghubungkan kedua bamboo menjadi satu, dan agar nantinya jaring tetap dapat berkibar. Lubang yang digunakan untuk masuknya lengan tadi terbuat dari bambu, namun ada juga yang terbuat dari besi. Kebanyakan masyarakat menggunakan bambu untuk lubang lengan tadi, hal ini selain biaya yang dikeluarkan kecil juga tidak begitu berat. Pemasangan lengan dilakukan dengan membalik bambu, sehingga bambu yang diluar di buat menjadi di dalam, hal ini bertujuan agar bambu tidak mudah patah. Sebelum di pasang bambu yang dibersihkan dibuat seperti membulat hal ini agar bambu lebih kuat, dan nantinya bisa menahan beban dari jaring. Kedua lengan bambu tadi diikat dsengan menggunakan tali yang terbuat dari senar. Sebagai penyangga dari jebak ini terdapat tiang yang panjang dan besar. Tiang ini biasanya terbuat dari bambu yang memiliki berat cukup ringan. Panjang tiang yang digunakan biasanya berkisar antara 4-5 meter. Pada ujung atas tiang dihubungkan dengan lubang lengan tadi, sedangkan pada ujung bawah tertancap pada tanah. Ujung yang tertancap pada tanah terdapat kayu yang menyilang, hal ini dimaksukkan agar tiang tidak mudah lepas dari tanah. Untuk menguatkan tiang agar tidak mudah lepas teredapat dua buah kayu yang tertancap di tanah untuk menahan tiang. Alat tangkap ini dalam pengoperasiannya ditarik dengan menggunakan tali. Tali yang digunakan biasanya jenis tambang. Tali ini di ikatkan pada ujung tiang yang atas. Untuk memudahkan dalam mengangkat jebak ini pada tali diberi peganganyang terbuat dari kayu, ataupun bambu yang kecil-kecil. Panjang antara pegangan yang satu dengan yang lain adalah sekitar 40-50 cm. Alat tangkap ini memerlukan suatu keseimbangan dalam pengoperasiannya. Agar pengoperasiannya seimbang, maka pada kedua buah lengan kiri dan kanan di ikat dengan menggunakan tali. Selain agar seimbang dan mudah pada waktu pengangkatan, tali ini juga berfungsi untuk memudahkan dalam waktu penempatan jaring didasar perairan. Setelah kedua ujung lengan diikat dengan tali senar tadi, kemudian ujung tali senar yang satunya diikatkan pada rumput, ataupun ditancapkan pada sebuah pasak. Panjang tali bisa diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.Sebagai pelengkap dari alat tangkap jebak ini adalah adanya rumah-rumahan yang kecil sebagai tempat untuk meletakkan alat tangkap. Rumah-rumahan ini selain untuk meletakkan alat tangkap juga dilengkapi dengan peneduh sehingga pada waktu melakukan penangkapan tidak terlalu capek karena panas matahari, dan juga pelindung dari air hujan ketika hujan turun. Bentuk dari rumah-rumahan ini sangat sederhana dan cukup untuk digunakan 4 orang untuk berteduh.Bahan yang digunakan untuk membuat rumahan-rumahan ini adalah bambu. Bambu ini ditancapkan kedalam dasar perairan sebagai penyangga,setelah itu bentuk bangunan didesain sekehendak pemiliknya. Tidak lupa untuk melengkapi bangunan ini diberi penutup yang dapat dibuat dari anyaman daun tebu atau dari plastik terpal..tapi ada juga yang tidak di tutup :-D

ingin ikut nganco? gratis koq tp rokok bawa sendiri ,:-D

No comments:

Post a Comment